September 25, 2011

ada yg pernah make kabel ini ?

Saat berjalan-jalan di pusat perbelanjaan elektronik, Anda melihat pesawat TV berukuran ekstra besar dengan perbandingan panjang dan lebar yang tidak biasa. Gambar yang tampil di layar lebar itu pun sangat jernih. Di belakangnya tertancap sebuah kabel input dengan sebuah logo embossed: HDMI.
HDMI (High-Definition Multimedia Interface) adalah standar interface audio/video (A/V) yang tidak terkompresi pertama yang didukung oleh industri. HDMI menyediakan interface antara sumber A/V, seperti pemutar HD-DVD atau Blu-ray, dengan penerima (receiver) A/V, seperti HDTV (High-Definition Digital Television) atau pesawat TV ekstra besar, ekstra lebar, dan ekstra jernih yang baru saja Anda lihat.

Akan tetapi, HDMI bukanlah sekadar port yang tertanam di belakang pesawat HDTV. Lebih dari itu, HDMI adalah serangkaian aturan yang memungkinkan perangkat-perangkat elektronik high-definition berkomunikasi.

HDTV vs TV Standar

Sebelum HDTV dikembangkan, hampir semua pesawat TV menampilkan gambar yang kita kenal sekarang sebagai standard-definition. Layarnya hampir berbentuk bujur sangkar, aspect ratio-nya (perbanding kan panjang dan lebar) 4:3. Resolusinya, atau jumlah titik-titik yang membentuk gambar di layar, adalah 704 x 480 pixel.
Gambar yang ditampilkan oleh pesawat TV ini berjalin (interlace), setiap potong gambar bergerak sebenarnya hanyalah setengah gambar. Namun, karena gambar-gambar tersebut berubah dengan cepat, otak manusia tidak dapat menyadarinya. Hal ini baru terlihat bila Anda memotret monitor PC atau pesawat TV dengan standar ini. Anda akan melihat garis horisontal yang bergerak dari atas ke bawah.
Terakhir, pesawat TV jadul ini bersandar pada sinyal analog yang bergerak sebagai aliran listrik yang konstan. Di sisi lain, HDTV menyandarkan dirinya pada sinyal digital, yang menggunakan informasi dalam bentuk bilangan biner, nol dan satu. Informasi ini berjalan melalui kabel sebagai denyut elektrik yang jelas. HDTV memiliki aspek ratio 16:9, gambar yang ditampilkan berbentuk persegi panjang.
HDTV juga memiliki resolusi yang lebih tinggi. Standar HDTV yang ada saat ini memungkinkan resolusi hingga 1920 x 1080 pixel. Sinyal HDTV juga progresif, yang artinya setiap frame dari gambar bergerak adalah gambar yang utuh, bukan setengah gambar seperti pada TV standar.

Keunggulan-Kelemahan HDMI

Karena HDTV bisa menerima informasi digital, dia tidak membutuhkan waktu atau tenaga untuk mengubah sinyal dari format analog, seperti halnya pada TV standar. Hal ini mengantarkan kita pada HDMI. Standar HDMI adalah serangkaian pedoman untuk menciptakan koneksi high-bandwidth antarperangkat digital.
Dengan pemasangan yang benar, HDMI akan terlihat sangat berbeda dalam sebuah sistem home-theater. Standar yang ada sekarang mampu membawa 1080p sinyal highdefinition, dan mendukung delapan channel audio yang tidak terkompresi, cukup untuk sistem 7.1 surroundsound.
HDMI mengurangi jumlah kabel yang dibutuhkan untuk menghubungkan antarkomponen. Akan tetapi, ada satu syarat untuk menikmati semua kelebihan yang ditawarkan oleh HDMI, yakni semua komponen home theater harus kompatibel dengannya.
Beberapa fitur luar biasa dari HDMI belum tersedia di pasaran. Selain itu, terdapat batasan panjang sebuah kabel HDMI, dan tidak sedikit pengguna yang mengeluhkan batasan ini mengekang keleluasaan dalam menata perangkat home theater.
Encoding-Decoding Sinyal HDMI Salah satu kesalahpahaman tentang HDMI adalah “bawaan orok” sinyal digital lebih unggul daripada sinyal analog. Anda mungkin termasuk orang yang berpendapat bahwa tanpa konversi analog-to-digital, berarti sinyal masih dalam bentuk yang murni, dan tidak rusak ketika mencapai pesawat HDTV.
Memang mudah membayangkan dalam sebuah sistem high-definition, sinyal digital berjalan langsung dari pemutar HD-DVD ke pesawat HDTV. Akan tetapi, transmisi sinyal melalui HDTV tetap membutuhkan proses encoding!
HDMI menggunakan TMDS (Transition Minimized Differential Signaling) untuk memindahkan informasi dari satu tempat ke tempat lainnya. TDMS adalah metode encoding yang melindungi sinyal dari degradasi, saat dia berjalan di sepanjang kabel. Inilah yang sesungguhnya terjadi:
  • Perangkat pengirim, seperti pemutar HD-DVD, meng-encode sinyal.
  • Untuk menurunkan jumlah transisi antara satu (on) dan nol (off). Bayangkan setiap transisi sebagai anjlokan yang tajam, ketika sinyal berjalan. Anjlokan ini mulai menghilang dan melemahkan sinyal. Langkah encoding ini membantu melindungi kualitas sinyal dengan mengurangi jumlah peluang sinyal untuk terdegradasi.
  • Dalam satu set kabel yang saling berlilit, salah satu helainya membawa sinyal itu sendiri. Sementara helai lainnya membawa salinan kebalikan (inverse copy) dari sinyal tersebut.
  • Perangkat penerima, seperti pesawat HDTV, men-decode sinyal tersebut. Dalam proses decoding, diukur diferensialnya, atau perbedaan antara sinyal dan kebalikannya. Informasi ini digunakan untuk mengompensasi setiap sinyal yang hilang dalam perjalanan.