Desember 25, 2011

KARYAWAN NO, JURAGAN YES


kick andyBanyak orang yang masih menganggap sukses dalam pekerjaan hanya bisa dicapai jika menjadi karyawan kantoran, atau jadi pegawai negeri. Pada episode Kick Andy kali ini kami akan menghadirkan sejumlah orang muda yang memilih berhenti jadi karyawan dan sukses merintis bisnis mereka sendiri. Salah satunya adalah Rangga Umara. Pria yang baru berusia 32 tahun itu telah sukses membuka rumah makan pecel lele yang diberi nama Pecel Lele Lela. Rangga yang awalnya adalah karyawan kantoran  selalu gelisah karena gajinya yang tiga koma. “Ya, gaji saya tiga koma, alias tanggal tiga kantong sudah koma,” ujarnya tertawa. Dari situlah kemudian  ia memutar otak untuk membuka usaha makanan. Ia sengaja memilih membuka restoran makanan dengan menu ikan lele, karena sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dengan kemasan yang menarik, bisnis Rangga perlahan dan pasti berkembang. Kini ia telah membuka 42 cabang restoran pecel lele Lela yang tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Palembang, Purwokerto dan Tangerang. Rangga mempunyai obsesi akan membuka cabang di kota Mekkah. “Impian saya agar pecel lele makin mendunia,” kata Rangga.
Sementara itu apa yang dilakukan Dewanto Purnomo sungguh unik. Dengan alasan ingin selalu berada di dekat anaknya yang menderita autis, ia terpaksa meninggalkan pekerjaanya di salah satu BUMN. Impian Dewanto sangat sederhana yaitu dengan menjual boneka. Jalan pikiran pria berusia 40 tahun itu cukup sederhana.Menurutnya selama masih ada orang yang melahirkan anak,  disitu pasti ada peluang yaitu membutuhkan boneka. Dan, ternyata Dewanto tidak salah. Kebutuhan boneka  di Indonesia sangat besar mengingat angka kelahiran bayi di Indonesia ternyata sangat tinggi.
Sementara bagi Mohamad Rosihan, kejelian membaca peluang adalah kunci sukses dalam membuka usaha. Pria berusia 39 tahun  lulusan ITB jurusan Geodesi itu membuka toko baju muslim di kota kelahirannya di Jombang, Jawa Timur. Tokonya didesain sangat unik dan menarik layaknya beberapa distro yang menjamur di kota Bandung, Jawa Barat. Berawal dari satu toko ini, Rosihan yang dulunya bekerja sebagai konsultan itu kemudian membuka beberapa cabang di sejumlah daerah. Dan menurut pengakuannya, baju-baju muslimnya telah di ekspor ke sejumlah negara.
Sementara keinginan terjun ke dunia bisnis  bagi Saptuari Sugiharjo muncul sejak duduk di bangku kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Walau setelah lulus dari UGM sudah mendapat pekerjaan di beberapa perusahaan, namun hatinya tetap ingin jadi pengusaha. Saptu, demikian pria ini biasa disapa, bermodalkan ide dan kreativitas kemudian mendirikan sebuah kedai digital. Bisnis Saptu adalah membuat dan mencetak pernak-pernik berupa mug, gantungan kunci dan lain-lain sebagai souvenir. Bisnisnya semakin berkembang seiring banyaknya permintaan untuk souvenir perkawinan dan acara perkantoran. “Permintaan pernak-pernik sekarang makin berkembang mengingat banyaknya orang yang “narsis”, ujar Sabtu tertawa yang dengan senang hati melayani pesanan beberapa remaja untuk mencetak foto mereka di sehelai kaos dan mug. Kini selain sukses sebagai pengusaha kedai digital, Sabtuari juga sukses sebagai motivator.

sumber: http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2195/read/KARYAWAN-NO-JURAGAN-YES.html